Rabu, 28 Januari 2009

Berburu Fenomena Alam yang Menakjubkan...


Pengunjung memadati Planetarium Jakarta untuk menyaksikan fenomena gerhana matahari cincin menggunakan teleskop, Senin (26/1).

oleh Zaid Wahyudi

Saya masih bingung membayangkan. Bagaimana matahari yang lebih besar bisa tertutup oleh bulan yang jauh lebih kecil,” kata Wayan Harsana, siswa kelas IX SMA Negeri 1 Rumbia, Lampung Tengah.

Harsana hanyalah salah seorang dari sekitar 200 orang yang memenuhi lapangan sepak bola Universitas Lampung di Bandar Lampung untuk melihat gerhana matahari cincin (GMC), Senin (26/1) sore.

Selain di lapangan itu, sejumlah peneliti dan astronom dari Amerika Serikat, Taiwan, Malaysia, serta Indonesia juga mengamati proses gerhana di Bukit Camang, Garuntang, Bandar Lampung.

Di Pantai Anyer, Kabupaten Serang, Banten, ratusan wisatawan beserta peneliti dari berbagai negara melihat gerhana matahari cincin dari sejumlah tempat di tepi pantai. Fenomena alam yang jarang terjadi itu turut mendongkrak tingkat hunian hotel.

Puluhan peneliti dari Space Technology and Educations India, misalnya, memilih Hotel Patra Jasa Anyer sebagai tempat untuk melihat proses terjadinya gerhana. Peneliti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung juga berada di hotel itu.

Sejumlah peneliti dari Universitas Malaya, Malaysia, memasang peralatannya di tepi pantai Hotel Mambruk, Anyer. Adapun peneliti dari Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) serta peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memantau proses tertutupnya matahari oleh bulan dari Pantai Mercusuar Anyer, Desa Cikoneng, Serang.

Ratusan wisatawan juga turut memadati sejumlah pantai wisata untuk melihat gerhana matahari cincin.

Di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, hampir 1.000 orang memenuhi Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek) yang menyediakan empat teleskop gratis untuk mengamati gerhana.

Di Semarang Jawa Tengah, sejumlah mahasiswa dari Konsentrasi Ilmu Falak, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, naik ke Menara Al-Husna Masjid Agung Jawa Tengah untuk melihat terjadinya gerhana Matahari cincin.

Mereka menggunakan peralatan sederhana berupa kotak kertas untuk melihat proses terjadinya gerhana. Dengan membelakangi matahari, mereka melihat bayangan matahari yang masuk melalui lubang dan terpantul di kertas putih di dalam kotak.

Mengabaikan keselamatan

Keingintahuan masyarakat untuk melihat proses terjadinya gerhana Matahari cincin (GMC), merupakan sesuatu yang menggembirakan. Meski demikian, karena ketidaktahuan, banyak yang mengabaikan keselematan mata, misalnya dengan melihat bayangan Matahari di air.

Mengamati Matahari, baik saat gerhana maupun tidak gerhana, melalui bayangannya di air sebenarnya tidak direkomendasikan oleh para astronom. Kondisi itu masih cukup berbahaya akibat intensitas sinar matahari yang cukup kuat.

Aldino Adry Baskoro dari Langit Selatan, sebuah kelompok edukasi astronomi, mengatakan melihat gerhana dengan kacamata hitam, kacamata las, atau melihat melalui pantulan cahaya di air sama-sama berbahaya. Untuk melihat matahari seharusnya menggunakan filter atau penapis intensitas sinar matahari yang mampu mengurangi kekuatan cahaya matahari dalam seluruh panjang gelombang.

Kacamata hitam hanya mampu mengurangi intensitas matahari pada cahaya tampaknya saja. Adapun cahaya ultravioletnya yang lebih berbahaya justru seperti bebas masuk ke mata.

Peneliti Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung Hakim L Malasan menjelaskan tanpa memakai filter penapis cahaya matahari, sinar matahari yang sangat terang mampu membakar retina mata. Dalam jangka panjang, hal itu mampu menimbulkan kebutaan yang diawali dengan kaburnya pandangan mata.

Filter matahari ini terbuat dari aluminium foil yang mengandung material neutral density filter (NDF). Material itu bisa mengurangi intensitas energi matahari yang sangat terang hingga 10.000-100.000 kali lebih lemah. “Filter matahari ini wajib dipakai untuk melindungi mata kita,” ujar Hakim.

Sangat menakjubkan

Di Bandar Lampung, puncak Gerhana Matahari Cincin berhasil diamati di sejumlah lokasi. Dari balik filter penapis cahaya, matahari terlihat seperti lingkaran cincin merah di angkasa. Sangat menakjubkan.

Saat fase cincin dimulai pukul 16.38, warga dan sejumlah pengamat di lapangan sepak bola, Universitas Lampung, bersorak gembira karena berhasil melihat fase cincin matahari. Kegembiraan tersebut seolah menghapus kecemasan dan ketegangan 1,5 jam sebelumnya karena awan tebal berkali-kali menutupi matahari. Cincin matahari itu tidak akan terlihat bila diamati dengan mata telanjang.

Selama fase gerhana cincin, langit di sekeliling matahari terlihat redup. Awan tebal hanya menyisakan lubang tepat di tempat matahari berada. Piringan bulan bagian luar seolah-olah bersentuhan dengan cakram bagian luar matahari pada 15.20. Saat inilah fase gerhana matahari sebagian dimulai berupa terlihatnya sabit matahari.

Sekitar pukul 16.25, awan tipis menutupi matahari. Akibatnya, matahari terlihat seperti sabit perak menghadap ke bawah. Fase cincin dimulai pukul 16.38 saat bagian dalam bulan piringan bulan bersentuhan dengan bagian dalam piringan matahari. Puncak gerhana cincin pukul 16.41.

Selanjutnya, matahari berangsur kembali menjadi sabit. Namun sekitar 10 menit setelah puncak gerhana, awan tebal menutupi matahari hingga gerhana berakhir. ”Sangat menakjubkan,” kata Ferry M Simatupang, dosen Astronomi ITB.

Kepuasan warga dan astronom saat melihat puncak gerhana matahari cincin sangat wajar mengingat kejadian ini baru akan berulang lagi di Bandar Lampung pada 54 tahun 31 hari lagi, atau tahun 2063. (NTA/YUN/HLN)

Lubang Hitam di Galaksi Tetangga


Galaksi spiral NGC 253 atau Galaksi Sculptor dengan lubang hitam yang diduga kembaran Sagittarius A di Galaksi Bima Sakti.

SEBUAH lubang hitam (black hole) terdeteksi di galaksi yang hanya berjarak 11 tahun cahaya (1 tahun cahaya setara dengan 9,5 triliun kilometer) dari Galaksi Bimasakti. Lubang hitam tersebut mungkin kembaran lubang hitam yang ada di galaksi tempat tata surya berada.

Galaksi yang disebut NGC 253 tersebut merupakan salah satu galaksi spiral yang mengandung banyak sekali bintang dan debu angkasa yang pekat. Karena letaknya di konstelasi Sculptor, galaksi tersebut juga disebut Galaksi Sculptor. Galaksi tersebut juga disebut galaksi starbust karena banyaknya bintang yang terbentuk di dalamnya.

Para astronom dari Instituto de Astrofisica de Canaries di Spanyol berhasil merekam dengan detik galaksi tersebut menggunakan instrumen optik adaptif di teleskop raksasa VLT (very large telescope) milik ESO (European Southern Observatory) yang ada di Gurun Atacama, Chili. Peralatan tersebut dilengkapi instrumen optik dan cermin yang mengatasi efek blur akibat pembiasan di atmosfer sehingga kemampuan teleskop terestrial ini setara dengan teleskop ruang angkasa.

"Pengamatan kami menghasilkan rincian gambar yang jauh lebih jelas," ujar Juan Antonio Fernandez-Ontiveros. Dari gambar tersebut, para astronom menemukan 37 daerah cemerlang yang berada di satu kawasan sempit di pusat galaksi.

Bintang-bintang yang sangat rapat itu berkumpul di satu daerah yang hanya mewakili satu persen besar galaksi. Di kawasan tersebut mungkin terdapat pusat kelahiran bintang yang terbentuk di gumpalan debu yang sangat pekat.

Selain itu, hasil pemantauan yang dikombinasikan dengan pengukuran gelombang maupun citra teleskop ruang angkasa Hubble menunjukkan adanya aktivitas gelombang radio yang sangat tinggi di kawasan tersebut. Para peneliti yakin di pusat galaksi ini terdapat sumber pancaran gelombang radio seperti Sagittarius A di dekat pusat galaksi Bima Sakti yang merupakan tempat terbentuknya lubang hitam.

"Kami mungkin menemukan kembaran pusat galaksi kita," ujar Almudena Prieto. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Monthly Notices of the Royal Academy Society Letters edisi teranyar.

Lubang hitam merupakan misteri alam yang diperkirakan terbentuk dari bintang sangat besar yang telah mati karena menghabiskan seluruh energinya. Saat pusatnya tak menghasilkan dorongan ke luar, dinding bintang malah runtuh dan menarik obejl-obejk di sekitarnya. Kekuatan gravitasi lubang hitam sangat besar bahkan menarik cahaya ke dalam. Lubang hitam gelap gulita dan hanya terdeteksi dari aktivitas gelombang radio dan objek-objek yang terlihat mengelilinginya.